Suaramuslim.net – Berita dan informasi yang bertebaran saat ini baik di media elektronik, media cetak, maupun media daring sering kali membawa hal yang malah memanaskan hati. Bukan saja memanaskan hati, namun juga memunculkan permusuhan dan perpecahan. Rupanya kita masih perlu belajar dari semut yang membuat Raja dan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam tersenyum. Kita simak kisah singkatnya dari QS An-Naml: 17–19 berikut:
“Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari” maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (Qs. An Naml: 17–19).
(Pemimpin) semut dalam kisah tersebut, didengar oleh Nabi Sulaiman ‘alaihissalam memberikan perintah dan informasi yang menyejukkan, bahwa bila ada semut yang terinjak itu bukan sesuatu yang disengaja sehingga tidak perlu adanya upaya balas dendam. Dari kisah tersebut pembelajaran yang didapat adalah:
- Adanya kepercayaan dari pemimpin semut terhadap kepemimpinan Nabi Sulaiman as., bahwa beliau as. adalah raja yang tidak zalim,
- Bila ada bangsa semut yang terzalimi (terinjak) pasti karena ketidaksengajaan oleh pasukan Nabi Sulaiman as., jadi kaum semut harus mampu memaafkan aktivitas ketidaksengajaan tersebut.
- Tidak perlu ada aktivitas marah-marah dan balas dendam kepada pasukan gajah, walaupun pasukan semut mungkin mampu melakukannya seperti dalam kisah fabel semut dan gajah. Semut mampu menjadikan gajah yang sombong kalah dan bertekuk lutut, dengan menggigiti bagian dalam telinga gajah.
Aktivitas yang dilakukan oleh semut tersebut merupakan bentuk dari konsep tranquilizing people, yakni orang-orang yang berjiwa tenang dan mampu menenangkan pengikutnya. Hal tersebut menjadikan Nabi Sulaiman as. tersenyum dan bersyukur atas ilmu yang didapatkan beliau as. (QS An Naml: 19). Mampukah kita?
Penulis: Dr Gancar C. Premananto*
*Koordinator Program Studi Magister Manajemen FEB Universitas Airlangga Surabaya
Sumber : https://suaramuslim.net/berjiwa-tenang-dan-mampu-menenangkan/