Surat pengajuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di wilayah Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik telah dikirim ke Menkes Terawan, Senin (20/4).
Lantas, bagaimana dampak penerapan kebijakan tersebut bagi perekonomian di Surabaya?
Menurut pakar ekonomi sekaligus KPS Magister Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga Surabaya Dr. Gancar C. Premananto, PSBB tak jauh berbeda dengan physical distancing yang sudah berjalan selama ini.
Hanya saja PSBB memiliki dasar dan konsekuensi hukum yang jelas, maka dampaknya menjadi lebih terasa.
"Selama ini sudah ada physical distancing dimana masyarakat sudah mulai terbiasa dengan work from home (WFH). Sehingga normalitas masyakat sudah mengalami pergeseran, akibat penyesuaian kegiatan. Adanya PSBB tidak terlampau mengagetkan, apalagi beberapa wilayah sudah terlebih dahulu melakukannya," jelasnya saat dihubungi Basra, Senin (20/4).
Secara makro, kondisi WFH yang kemudian lebih ditingkatkan menjadi PSBB, bagaimana pun akan berdampak pada perekonomian. Perlu penyesuaian asumsi-asumsi ekonomi, terlebih sebentar lagi akan masuk masa Ramadan dan Lebaran yang akan diprediksi tidak mampu mengangkat perekonomian.
"Ekonomi dapat dikatakan akan mengalami penurunan, karena turunnya aktivitas ekonomi," tukasnya.
Menurutnya, penurunan aktivitas ekonomi akan lebih baik bila masih ada optimisme masyarakat. Karena optimisme yang dibarengi spiritualitas khas orang Indonesia dapat menjadi penawar krisis dan menjadikannya survive di tengah pandemi Corona.
"Selain itu untuk bisa survive di tengah kondisi seperti sekarang ini, setiap usaha dan individu harus mengembangkan kompetensi-kompetensi yang selama ini terpendam. Media online sudah memberikan keleluasaan untuk mempelajari hal-hal baru," jelasnya.
Sementara itu pakar ekonomi sekaligus dosen FEB Unusa, Niken Savitri Primasari, mengungkapkan PSBB menjadi langkah yang tepat untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
"Suatu hal yang sia-sia bila masyarakat tidak memiliki komitmen kuat menghadapi pandemi ini, karena suatu kehancuran ekonomi yang paling buruk bagi suatu daerah bila COVID-19 terus berlangsung," tegasnya.
Menurutnya kesehatan masyarakat harus menjadi nomor satu tujuan dari pemerintah. Karena suatu perekonomian akan berjalan dengan baik bila masyarakat dan lingkungan sehat.
"Suatu hal yang sia-sia bila karantina mandiri dilakukan masyarakat tetap bebas keluar masuk dan bepergian, jadi PSBB menjadi langkah yang tepat. Kita harus terus mendukung satu sama lain pada masa sulit ini, terutama secara emosional dan mental," pungkasnya.